Wednesday, 11 April 2012

Taqiyyah Dalam Agama Syi’ah (2)


Taqiyyah Dalam Agama Syi’ah

Teks Lengkap Surat Al Wilayah
Pada buku aslinya, di halaman ini dimuat (Surat Al Wilayah) yang berhasil diperoleh dengan kamera dari salah satu Mushaf Iran, dan pada setiap kata terdapat terjemahannya dalam bahasa Persia:

يأيها الذين آمنوا آمنوا بالنبي وبالولي الذين بعثناهما يهديانكم إلى صراط مستقيم # نبي وولي بعضهما من بعض وأنا العليم الخبير # إن الذين يوفون بعهد الله لهم جنات النعيم # والذين إذا تليت عليهم آياتنا كانوا بآياتنا مكذبين # إن لهم في جهنم مقاما عظيما إذا نودي لهم يوم القيامة أين الظالمون المكذبون للمرسلين # ما خالفهم المرسلين إلا بالحق وما كان الله ليظهرهم إلى أجل قريب وسبح بحمد ربك وعلي من الشاهدين#

“Seorang Nabi dan wali sebagian mereka dan sebagian lainnya adalah sama, sedangkan Aku adalah Yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang memenuhi janji Allah, mereka akan mendapatkan surga yang penuh dengan kenikmatan. Sedangkan orang-orang yang bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka mendustakan ayat-ayat Kami, sesungguhnya mereka akan mendapatkan kedudukan yang besar dalam neraka Jahanam. Bila diseru kepada mereka: Manakah orang-orang yang berbuat lalim lagi mendustakan para rasul: apa yang menjadikan mereka menyelisihi para rasul?? melainkan dengan kebenaran, dan tidaklah Allah akan menampakkan mereka hingga waktu yang dekat. Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sedangkan Ali termasuk para saksi.”
Al Quran yang mereka yakini, dan yang mereka rahasiakan di kalangan mereka, dan tidak dipublikasikan, dalam rangka menerapkan ideologi At Taqiyyah, seandainya seluruh ulama-ulama besar Syi’ah tidak meyakini bahwa Al Quran telah di selewengkan, mustahil mereka menyifati penulis buku yang memuat dua ribu hadits yang membuktikan penyelewengan Al Quran dengan berbagai sifat yang terpuji, misalnya ucapan mereka: semoga Allah menyucikan ruhnya, atau dia adalah imam para ahli hadits, Seandainya mereka meyakini selain ini, niscaya mereka akan ramai-ramai membantahnya, atau menentangnya, atau memvonisnya sebagai ahli bid’ah atau orang kafir karena masih adakah keislaman bagi orang yang mengatakan bahwa Al Quran telah mengalami penyelewengan?! Upaya perbandingan antara Al Quran tersebut dengan Al Quran yang telah diketahui oleh setiap orang dan menyebar luas dan yang termaktub pada Al Mushaf Al Utsmani, adalah alasan yang mendorong Husain bin Muhammad Taqi An Nury At Thobarsy untuk menuliskan bukunya yang berjudul: “Fashlul Khithab Fi Itsbati Tahrifi Kitab Rabbil Arbaab.” [1]
Apapun perihalnya, bukan hanya An Nury At Thobarsy pemuka para imam ahli hadits dan rijal (biografi ulama’) seorang yang menyatakan bahwa Al Quran telah diselewengkan, didapatkan ada imam-imam (Syi’ah) terkemuka lainnya yang sekelas dengannya menyatakan hal yang sama, misalnya Al Kulainy, penulis buku Al Kafi dan Ar Raudhah, Al Kummi penulis buku tafsir yang disebut oleh An Najasyi dalam buku Rijalun Najasy pada hal: 183: “Ia memiliki kredibilitas tinggi (tsiqah) dalam hal hadits dan kuat hafalannya, dapat dipercaya dan benar mazhabnya”, dan juga Syaikh Mufid yang dinyatakan oleh An Najasyi dalam Rijalun Najasy hal: 284: “Keahliannya dalam hal ilmu fikih, riwayat, kredibilitas (tsiqah) dan ilmu secara umum telah diketahui oleh setiap orang”, dan ia juga dipuji oleh sayyid Muhsin Al Amin dalam bukunya “A’ayanus Syi’ah” jilid 1/237, dan juga Al Kasyy, Al Ardubily, dan juga Al Majlisy.
Seandainya seluruh tokoh terkemuka kaum Syi’ah tidak meyakini terjadinya penyelewengan pada Al Quran, mustahil mereka memuji orang yang telah menuliskan sebuah buku yang menyebutkan dua ribu hadits yang membuktikan penyelewengan Al Quran dengan berbagai pujian ini, misalnya mereka menyebutnya dengan: Semoga Allah menyucikan jiwanya, atau dia adalah imam para ahli hadits. Seandainya mereka meyakini kebalikannya, niscaya mereka membantahnya, atau mencelanya, atau memvonisnya sebagai ahli bid’ah atau mengafirkannya… karena apakah yang masih tersisa setelah seseorang meyakini bahwa Al Quran telah diselewengkan?
Walaupun kaum Syi’ah berusaha untuk mengesankan bahwa mereka berlepas diri dari buku An Nuri At Thobarsy dalam rangka menerapkan ideologi At Taqiyyah, akan tetapi buku tersebut memuat beratus-ratus nukilan dari ulama’ mereka yang terdapat pada buku-buku mereka yang terpercaya. Suatu hal yang membuktikan dengan pasti bahwa mereka meyakini dan beriman dengan adanya penyelewengan. Hanya saja mereka tidak menginginkan terjadinya kontroversi seputar keyakinan mereka tentang Al Quran.
Dengan demikian, ada dua Al Quran: yang pertama Al Quran yang telah menyebar luas dan diketahui oleh setiap orang, dan yang kedua: Al Quran khusus yang tersembunyi, yang di antara isinya ialah surat Al Wilayah. Dan dalam hal ini mereka mengamalkan pesan yang mereka rekayasa atas nama salah seorang imam mereka, yaitu Ali bin Musa Ar Ridha: “Bacalah sebagaimana yang pernah kalian pelajari, karena suatu saat nanti akan datang orang yang mengajari kalian!!”
Di antara ayat yang menurut kaum Syi’ah telah dihapuskan dari Al Quran ialah ayat:

وجعلنا عليا صهرك
“Dan Kami jadikan Ali sebagai menantumu.”

Mereka beranggapan bahwa ayat ini telah dihapuskan dari surat أَلَمْ نَشْرَحْ Mereka tidak merasa malu dengan anggapan ini! Padahal mereka mengetahui bahwa surat أَلَمْ نَشْرَحْ adalah surat Makkiyyah (Surat Makkiyyah ialah surat yang diturunkan semasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam  masih berada di kota Makkah dan sebelum berhijrah ke kota Madinah) sedangkan yang menjadi menantu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Salam  kala itu ialah Al ‘Ash bin Al Rabi’ Al Umawi, ia pernah dipuji oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam  dari atas mimbar masjid Nabawi As Syarif, tatkala sahabat Ali radhiallahu ‘anhu berencana menikahi anak wanita Abu Jahl sebagai madu bagi istrinya Fatimah radhiallahu ‘anha. Oleh sebab itulah Fatimah mengadukan suaminya Ali bin Abi Tholib kepada ayahnya yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam . (Pujian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam  kepada menantunya Al ‘Ash bin Al Rabi’ Al Umawi ini diriwayatkan oleh Imam Bukhary dan Muslim. -pent)
Dan bila sahabat Ali adalah menantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam  karena menikahi salah seorang putri Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Salam, maka Allah ta’ala telah menjadikan sahabat Utsman bin Affan juga sebagai menantu Beliau karena telah menikahi dua putrinya, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam  bersabda kepadanya ketika istri keduanya (Ummu Kultsum) meninggal dunia:

لو كانت لنا ثالثة لزوجناكها

“Seandainya aku memiliki anak wanita ketiga, niscaya akan aku nikahkan engkau dengannya.” (Kisah ini disebutkan oleh Ibnu Atsir dalam kitabnya Usudul Ghobah 1/749 & 1458 -pent).


[1] Salah seorang ulama’ terkemuka Syi’ah Agha Buzurk At Thohrany, penulis ensiklopedia Syi’ah yang telah masyhur “Az Dzari’ah Ila Tashonif As Syi’ah” menuturkan dalam bukunya: “Thobaqaat A’alaam As Syi’ah”, bagian kedua dari juz pertama, yang lebih dikenal dengan judul: “Nuqaba’ Al Basyar Fi Al Qarni Ar Rabi’ ‘Asyar”, pada hal: 544, cetakan Pustaka Al Ilmiah Najef 1375 H-1956 M, ia berkomentar tentang An Nury At Thobarsy: “Ia adalah pemuka para imam ahli hadits dan rijal (biografi ulama’) pada generasi terakhir, dan termasuk ulama’ terkemuka Syi’ah, dan tokoh Islam terkemuka pada abad ini.”

No comments:

Post a Comment